Anemia defisiensi besi adalah kondisi ketika tubuh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk memproduksi hemoglobin, komponen utama sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Gejala anemia defisiensi besi meliputi cepat lelah, lemah, kulit pucat, denyut jantung cepat dan tidak teratur, sakit kepala, pusing, sesak napas, dan nyeri dada.
Apa Penyebab Anemia Defisiensi Zat Besi?
Berikut 7 penyebab anemia defisiensi zat besi yang patut kamu ketahui:
1. Perdarahan
Darah mengandung zat besi dalam sel darah merah. Kehilangan darah melalui perdarahan, seperti menstruasi berat pada wanita, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Kehilangan darah yang lambat dan kronis dalam tubuh, seperti dari tukak lambung, infeksi saluran kencing, hernia hiatal, polip usus besar, atau kanker kolorektal, juga bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Penggunaan rutin obat pereda nyeri yang dijual bebas dapat menyebabkan perdarahan pada saluran cerna, sehingga mengakibatkan anemia defisiensi besi.
2. Kurangnya Zat Besi dalam Makanan
Tubuh kamu secara teratur mendapatkan zat besi dari makanan yang kamu konsumsi. Jika kamu mengonsumsi terlalu sedikit makanan yang mengandung zat besi, seiring waktu tubuh kamu dapat kekurangan zat besi.
Untuk mencegah anemia defisiensi besi, penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti:
- Daging merah: daging sapi, domba
- Daging unggas: ayam, kalkun
- Ikan dan makanan laut: salmon, tuna, kerang
- Hati: sapi, ayam, ikan
- Kacang-kacangan: kacang merah, kacang hitam, lentil
- Biji-bijian: biji labu, biji wijen
- Sayuran hijau gelap: bayam, brokoli, kale
- Tahu dan tempe
- Sereal yang diperkaya dengan zat besi
- Buah-buahan kering: kismis, aprikot
- Telur
3.Ketidakmampuan Tubuh Menyerap Zat Besi
Zat besi dari makanan diserap ke dalam aliran darah melalui usus kecil.
Gangguan usus seperti penyakit celiac dapat mengganggu kemampuan usus untuk menyerap nutrisi, termasuk zat besi, yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Jika karena kondisi medis tertentu, sebagian dari usus kecil kamu diangkat melalui pembedahan, hal ini juga dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dan nutrisi penting lainnya.
4. Kehamilan
Tanpa suplementasi zat besi, anemia defisiensi besi sering terjadi pada banyak wanita hamil.
Hal ini disebabkan oleh kebutuhan tubuh wanita hamil yang meningkat: selain harus memenuhi kebutuhan hemoglobin untuk volume darah yang meningkat, ibu hamil juga perlu menyediakan zat besi untuk perkembangan hemoglobin janin yang sedang tumbuh.
Suplementasi zat besi sangat penting untuk mencegah anemia pada ibu hamil dan memastikan kesehatan optimal bagi ibu dan bayi.
5. Menyusui
Anemia defisiensi besi sering terjadi pada ibu menyusui karena selama masa menyusui, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat signifikan.
Kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat pada ibu menyusui disebabkan :
1. Kehilangan Zat Besi Selama Kehamilan dan Persalinan
Selama kehamilan, tubuh ibu harus menyediakan zat besi tambahan untuk perkembangan janin dan peningkatan volume darah ibu.
Setelah persalinan, ibu juga kehilangan darah yang mengandung zat besi, yang dapat mengurangi cadangan zat besi dalam tubuh.
2. Produksi ASI
Selama menyusui, tubuh ibu memproduksi Air Susu Ibu (ASI) yang kaya akan nutrisi, termasuk zat besi, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Proses ini meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi untuk memastikan ASI yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik.
3. Kebutuhan Nutrisi yang Tinggi
Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak nutrisi termasuk zat besi untuk memulihkan tubuh pasca-persalinan dan mendukung produksi ASI yang optimal.
Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi, risiko anemia defisiensi besi meningkat.
Studi menunjukkan bahwa suplementasi zat besi sangat penting untuk mencegah anemia pada ibu menyusui.
Dengan demikian, penting bagi ibu menyusui untuk memastikan mereka mengonsumsi makanan kaya zat besi atau mempertimbangkan suplemen zat besi sesuai rekomendasi dokter untuk menjaga kadar zat besi yang sehat dalam tubuh.
6. Penyakit kronis
Penyakit kronis seperti penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, atau penyakit inflamasi usus dapat menyebabkan peradangan yang berkelanjutan. Peradangan ini dapat memicu pelepasan hepcidin, hormon yang mengatur penyerapan zat besi dari usus. Hepcidin yang tinggi dapat menghambat penyerapan zat besi, sehingga mengurangi jumlah zat besi yang tersedia untuk tubuh.
Pada penyakit ginjal kronis, produksi erythropoietin, hormon yang merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang, dapat menurun. Tanpa erythropoietin yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah yang cukup, yang menyebabkan anemia.
Penyakit kronis seringkali disertai dengan penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan asupan zat besi dari makanan menjadi tidak mencukupi. Kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi akan memperburuk kondisi anemia.
7. Obesitas
Obesitas sering dikaitkan dengan kondisi peradangan kronis dalam tubuh. Peradangan ini dapat mengganggu penyerapan zat besi di usus dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menggunakan zat besi secara efektif.
Orang dengan obesitas seringkali memiliki volume darah yang lebih besar, sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat. Jika asupan zat besi tidak mencukupi, anemia defisiensi besi dapat terjadi.
Lemak tubuh yang berlebih dapat mempengaruhi fungsi usus dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dari makanan.
Obesitas sering kali berhubungan dengan kondisi kesehatan lain seperti diabetes dan penyakit ginjal, yang juga dapat mengganggu metabolisme zat besi dan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Catatan : Mengelola kondisi kesehatan secara menyeluruh dan memastikan asupan zat besi yang cukup adalah langkah penting untuk mencegah anemia.
#anemia
#anemiadefisiensibesi
#penyebabanemiadefisiensibesi
Referensi :
Mayo Clinic . Iron deficiency anemia .
National Heart, Lung, and Blood Institute. Iron-Deficiency Anemia .
World Health Organization . Anaemia .
National Center of Biotechnology Information. Effect of iron supplementation during lactation on maternal iron status and oxidative stress: A randomized controlled trial .
Pubmed . Obesity as an emerging risk factor for iron deficiency .
Ilustrasi Gambar :
Pexels / Ketut Subiyanto
No comments