Home
Hipertensi
Faktor Risiko Hipertensi yang Bisa Diubah
hipertensi, risiko hipertensi




Listkesehatan - Salah satu penyakit tidak menular yang sering kita jumpai adalah Hipertensi. Dahulu hipertensi sering dijumpai pada lansia, namun saat ini hipertensi dapat juga dijumpai pada usia produktif.

Jika kamu mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang diukur saat istirahat, maka artinya kamu mengidap hipertensi.

Hipertensi "The Silent Killer" sering tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali kamu tidak menyadari bahwa kamu mungkin menderita hipertensi.

Karena kerusakan organ jantung, ginjal,  dan otak dapat terjadi akibat hipertensi yang tidak terkontrol maka pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sangat penting kita ketahui.

Hipertensi mempunyai faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. 

Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu faktor usia, jenis kelamin, dan genetik dibahas di link ini.

Lalu,

Apa saja faktor risiko hipertensi yang bisa diubah ? 


Inilah 6 faktor risiko hipertensi yang bisa diubah. 


1.Faktor Risiko Hipertensi Yang Bisa Diubah : Pola Makan 


Pola makan pada lansia memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan natrium dapat meningkatkan risiko hipertensi hingga 4 kali lipat. 

Hipertensi pada lansia dapat dipengaruhi oleh pola makan yang berisiko, termasuk asupan lemak, asupan garam (natrium), konsumsi kalium, dan konsumsi kopi. 

1. Asupan Lemak


Konsumsi lemak jenuh dan trans yang tinggi dapat meningkatkan risiko hipertensi pada lansia. Makanan olahan, daging, dan produk susu tinggi lemak mengandung lemak jenuh ini. Untuk bisa mengontrol tekanan darah, Kita perlu mengurangi konsumsi lemak jenuh dan trans serta menggantinya dengan lemak sehat, yaitu lemak tak jenuh tunggal dan poliunsaturasi.

2. Asupan Garam (Natrium)


Konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi air dalam tubuh dan meningkatkan volume darah, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Lansia cenderung lebih sensitif terhadap efek garam terhadap tekanan darah. Menjaga asupan garam dalam batas yang direkomendasikan (kurang dari 2.3 gram natrium per hari) dapat membantu mengurangi risiko hipertensi. 

3. Konsumsi Kalium


Kalium adalah mineral yang penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dan membantu menurunkan tekanan darah. Konsumsi kalium yang cukup, terutama dari sumber-sumber alami seperti buah-buahan (seperti pisang, jeruk, dan aprikot) dan sayuran (seperti kentang, bayam, dan brokoli), dapat membantu mengontrol tekanan darah.

4. Konsumsi Kopi


Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah moderat mungkin tidak memiliki dampak signifikan pada tekanan darah pada sebagian besar orang. Namun, bagi sebagian orang, khususnya yang sensitif terhadap kafein, konsumsi kopi dapat menyebabkan peningkatan sementara dalam tekanan darah. Orang dengan hipertensi atau risiko hipertensi mungkin perlu membatasi konsumsi kopi mereka.

5. Penggunaan Minyak Jelantah


Penggunaan minyak jelantah telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi. Minyak jelantah mengandung lemak jenuh dan trans yang dapat meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penumpukan plak dalam pembuluh darah dan meningkatkan risiko hipertensi. 

Oleh karena itu, mengurangi konsumsi minyak jelantah dan menggantinya dengan sumber lemak sehat, seperti minyak zaitun atau minyak canola, dapat membantu mengurangi risiko hipertensi.

6. Konsumsi Rendah Serat


Konsumsi rendah serat merupakan salah satu faktor risiko hipertensi, seperti yang disebutkan dalam beberapa studi.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dapat bereaksi berbeda terhadap faktor-faktor ini, dan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi dapat membantu menyesuaikan pola makan untuk mengontrol tekanan darah. Selain faktor-faktor makanan, faktor-faktor lain seperti aktivitas fisik, berat badan, dan kebiasaan merokok juga memainkan peran penting dalam pengelolaan hipertensi pada lansia. 

2.Faktor Risiko Hipertensi Yang Bisa Diubah : Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang bisa diubah. Menurut studi oleh  Sutriyawan, rokok mengandung nikotin yang dapat meningkatkan tekanan darah. Semakin banyak seseorang merokok dalam sehari, semakin besar peluangnya untuk menderita hipertensi. 

Penelitian lain juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi. Nikotin dalam rokok dapat memengaruhi tekanan darah melalui beberapa mekanisme, seperti pembentukan plak aterosklerosis, efek langsung pada pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin, serta pengaruh karbon monoksida yang dapat mengikat sel darah merah. 

Tekanan darah dapat meningkat karena dengan merokok, nikotin akan diserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru- paru, lalu nikotin tersebut akan diedarkan oleh pembuluh darah menuju otak. Hal ini mengakibatkan otak merespons nikotin dengan melepaskan hormon epinefrin, yang menyempitkan pembuluh darah dan membuat jantung bekerja lebih keras, sehingga tekanan darah meningkat.

Selain itu, disebutkan bahwa karbon monoksida dalam asap rokok juga menggantikan oksigen dalam darah, menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memasok oksigen yang cukup ke organ dan jaringan tubuh, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah.

Studi Hengky & Rusman juga mengatakan bahwa zat- zat kimia beracun dalam rokok, termasuk nikotin, juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi dengan meningkatkan adrenalin, yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras. Dengan meningkatnya frekuensi denyut dan kontraksi jantung, tekanan darah juga meningkat. 

3.Faktor Risiko Hipertensi Yang Bisa Diubah : Aktivitas Fisik 


Kebiasaan beraktivitas fisik dapat mengurangi risiko hipertensi karena olahraga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Lansia yang cenderung tidak aktif fisik memiliki risiko hipertensi 2 kali lipat dibandingkan dengan yang aktif berolahraga.

Hasil penelitian di Rumah Sakit Daerah Cepu, yang menemukan bahwa individu yang jarang beraktivitas fisik memiliki risiko 4,73 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan individu yang aktif secara fisik. 

Penelitian lain menyimpulkan bahwa individu yang kurang beraktivitas fisik memiliki risiko 1,05 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan individu yang cukup aktif secara fisik. 

Aktivitas fisik sehari-hari bagi lansia dapat berupa kegiatan seperti menyapu, mengepel, mencuci pakaian, berkebun, atau membersihkan kamar mandi, serta mengambil air. Selain itu, olahraga teratur yang sesuai dengan kemampuan individu juga dapat dilakukan, karena dapat meningkatkan kadar HDL. 

Namun, aktivitas tersebut harus disesuaikan dengan kondisi fisik masing-masing lansia. Aktivitas fisik memiliki pengaruh besar terhadap stabilitas tekanan darah. 

Frekuensi denyut jantung lebih tinggi pada seseorang dengan aktivitas fisik yang rendah. Dengan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi, otot jantung akan bekerja lebih keras setiap kali memompa darah sehingga meningkatkan tekanan darah.

Olahraga dapat mengurangi tekanan darah bukan hanya melalui pengurangan berat badan, tetapi juga melalui pengaruhnya terhadap cara tekanan darah dihasilkan, yang ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung per detik dan hambatan yang dihadapi darah saat melewati arteri. 

4.Faktor Risiko Hipertensi Yang Bisa Diubah : Indeks Massa Tubuh (IMT)

Obesitas terjadi ketika tubuh menumpuk lemak secara berlebihan, menyebabkan berat badan seseorang melebihi batas normal dan berpotensi merugikan kesehatan. 

Indeks Massa Tubuh (BMI) yang lebih dari 24,4 kg/m2 dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. 

Pada obesitas, lemak visceral dapat menyebabkan resistensi insulin. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia, yang memicu peningkatan penyerapan sodium oleh ginjal, sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hiperinsulinemia juga dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, yang juga berperan dalam terjadinya hipertensi. 

Obesitas terjadi ketika seseorang memiliki berat badan 20% atau lebih dari berat badan idealnya. Obesitas memiliki korelasi positif dengan hipertensi. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan berat badan sekitar 10% dari berat badan normal dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sebesar 7 mmHg. 

Meskipun mekanisme biologis yang menyebabkan hubungan antara obesitas dan hipertensi belum sepenuhnya dipahami, namun studi epidemiologi menunjukkan bahwa obesitas sering ditemukan pada populasi pasien dengan hipertensi. 

Pasien obesitas dengan hipertensi cenderung memiliki curah jantung dan volume darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki berat badan normal namun tekanan darah yang setara. Akibatnya, para penderita obesitas lebih rentan terhadap penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes mellitus. 

5.Faktor Risiko Hipertensi Yang Bisa Diubah : Stres 


Stres pada lansia dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Pengelolaan stres yang efektif diperlukan untuk menjaga kesehatan jantung dan mencegah peningkatan tekanan darah di atas normal.

Stres dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan merangsang aktivitas sistem saraf simpatis yang berujung pada hipertensi. Ketika stres terjadi, hormon epinefrin atau adrenalin dilepaskan, meningkatkan tekanan darah secara periodik. 

Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin, yang dapat membuat jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat. 

Jika stres berlangsung lama, tubuh akan beradaptasi, namun dapat menyebabkan perubahan patologis. 

Stres memiliki keterkaitan yang kuat dengan hipertensi, dimana stres dapat memicu hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis yang meningkat, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara tidak teratur. 

Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang persisten. 

Menurut studi oleh Smeltzer dan Bare, pasien yang mengalami stres atau kecemasan mungkin tidak mampu beristirahat dengan cukup. Stres emosional dapat menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), peningkatan tekanan arteri, dan detak jantung yang cepat, yang semuanya dapat meningkatkan tekanan darah. 


6.Faktor Risiko Hipertensi Yang Bisa Diubah : Alkohol


Senyawa etanol yang terkandung dalam alkohol memiliki dampak fisiologis yang dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh ketika dikonsumsi. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam arteri, karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. 

Akibatnya, pembuluh darah menjadi kaku dan menyempit, mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi, yaitu kondisi di mana arteri menyusut atau mengkerut akibat rangsangan saraf. Ini semua dapat berkontribusi pada terjadinya hipertensi.

Sekarang kamu sudah mengetahui berbagai faktor risiko hipertensi yang bisa diubah dengan gaya hidup.  Yuk, kita perbaiki gaya hidup kita. Dengan memperbaiki kualitas hidup, kita bisa menurunkan risiko terjadinya hipertensi.