List Kesehatan - Depresi Postpartum : Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Apa itu Depresi Postpartum ?
Depresi postpartum adalah kondisi gangguan mental yang bisa dialami sebagian ibu setelah melahirkan, di mana perasaan sedih, cemas, dan lelah berlebihan muncul hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Depresi postpartum ini muncul pada masa nifas — periode sekitar 6 minggu setelah persalinan, dimulai setelah plasenta keluar hingga organ reproduksi kembali seperti semula.
Pada masa ini, tubuh ibu mengalami banyak perubahan fisik dan hormonal yang cukup drastis, disertai tantangan emosional dan sosial.
Perubahan Fisik dan Emosional pada Masa Nifas
Setelah melahirkan, rahim yang awalnya seberat kira-kira 1.000 gram akan perlahan menyusut sampai beratnya tinggal sekitar 60 gram saja.
Dalam minggu pertama, bobotnya biasanya sudah turun menjadi 500 gram. Proses ini adalah cara alami tubuh untuk memulihkan diri setelah melahirkan.
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahap:
- Immediate puerperium – 24 jam pertama setelah melahirkan.
- Early puerperium adalah masa pemulihan yang berlangsung dari 24 jam sampai 1 minggu setelah persalinan.
- Late puerperium – 1 minggu hingga 6 minggu setelah melahirkan.
Selain perubahan fisik, ibu juga mengalami perubahan psikologis yang signifikan.
Tanggung jawab baru sebagai orang tua, kurang tidur, rasa lelah, hingga perubahan hormon dapat memicu kecemasan, stres, dan pada beberapa kasus, depresi postpartum.
Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum
Banyak ibu pasca melahirkan mengalami baby blues — perasaan sedih, mudah menangis, dan cemas yang biasanya muncul pada hari ke-4 hingga ke-10 setelah persalinan. Baby blues biasanya membaik dalam beberapa hari hingga satu minggu.
Depresi postpartum memiliki gejala yang lebih berat dan berlangsung lebih lama. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat bayi, menjaga hubungan keluarga, bahkan mengganggu kesehatan fisik.
Menurut WHO (2017), hampir 50-70% wanita pasca melahirkan mengalami baby blues, dan sebagian berkembang menjadi depresi postpartum.
Di Indonesia, angka depresi postpartum mencapai 22,4%, lebih tinggi dibanding negara maju yang prevalensinya 7,4-13%.
Faktor Penyebab Depresi Postpartum
Berdasarkan penelitian, beberapa faktor yang dapat memicu depresi postpartum antara lain:
- Perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan.
- Kurang tidur akibat pola perawatan bayi yang belum teratur.
- Beban tanggung jawab baru sebagai orang tua.
- Kurangnya dukungan dari pasangan, keluarga, atau lingkungan.
- Masalah kesehatan selama atau setelah kehamilan.
- Faktor budaya yang membuat ibu enggan mencari bantuan.
Penelitian di Semarang menunjukkan, 67,5% ibu nifas mengalami baby blues, dan 73,3% mengalami kecemasan sedang. Kondisi ini dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu, perkembangan bayi, dan hubungan pernikahan.
Dampak Depresi Postpartum
Depresi postpartum yang tidak ditangani dapat menyebabkan:
- Gangguan bonding antara ibu dan bayi.
- Keterlambatan perkembangan bayi akibat kurangnya stimulasi.
- Masalah pernikahan karena konflik emosional.
- Risiko kesehatan mental jangka panjang bagi ibu.
Di Kepulauan Riau, data menunjukkan 60% kematian ibu terjadi pada masa nifas, dan setengahnya terjadi dalam 24 jam pertama. Hal ini menunjukkan pentingnya perawatan fisik dan mental pada periode ini.
Pentingnya Dukungan dan Edukasi
Sebuah penelitian di Iran menunjukkan kalau dukungan dari suami, keluarga, tenaga medis, dan lingkungan sekitar punya peran besar dalam membantu ibu beradaptasi selama masa nifas.
Edukasi tentang perubahan fisik dan psikologis juga membantu mengurangi rasa takut dan cemas.
Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, kini semakin banyak perhatian yang mulai diberikan pada kesehatan mental ibu hamil dan pasca melahirkan, membuka harapan untuk dukungan yang lebih baik di masa depan.
Cara Mengatasi dan Mencegah Depresi Postpartum
Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah atau mengurangi risiko depresi postpartum:
- Mengandalkan dukungan emosional dari pasangan, keluarga, dan sahabat terdekat.
- Beristirahat yang cukup meski harus menyesuaikan dengan jadwal bayi.
- Mengonsumsi makanan bergizi untuk menjaga energi dan kesehatan.
- Berbicara dengan tenaga kesehatan jika merasa sedih berkepanjangan.
- Mengikuti konseling atau terapi bila diperlukan.
- Belajar manajemen stres melalui meditasi, relaksasi, atau olahraga ringan.
Jika gejala depresi postpartum dirasakan lebih dari dua minggu, segera hubungi tenaga medis atau psikolog untuk mendapatkan penanganan tepat.
Depresi postpartum adalah masalah serius yang bisa dialami oleh siapa saja setelah melahirkan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan fisik, hormonal, psikologis, dan sosial.
Dukungan dari keluarga, edukasi yang memadai, dan layanan kesehatan mental yang baik dapat membantu ibu melewati masa nifas dengan lebih sehat dan bahagia.
Mengabaikan kondisi ini dapat berdampak buruk bagi ibu, bayi, dan keluarga secara keseluruhan.
Jangan biarkan ibu berjuang sendiri. Berikan dukungan, pengetahuan, dan akses layanan kesehatan mental, agar setiap ibu bisa melewati masa nifas dengan sehat, bahagia, dan penuh cinta—untuk kebaikan ibu, bayi, dan keluarga.
Referensi :
Purba, N. H., Mastikana, I., Purba, D., & Oktavia, L. D. (2023). PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERUBAHAN ADAPTASI FISIOLOGI MASA NIFAS. Jurnal Sains Kesehatan, 30(1). https://doi.org/10.37638/jsk.30.1.26-31 Diakses pada Agustus 2025
Image :
Pixabay - Vika_Glitter
#depresipostpartum #babyblues #kesehatanmentalibu #kesehatanmentalpascalahir #masanifas #perawatanibumelahirkan #penyebabdepresipostpartum #dampakdepresipostpartum #caramengatasidepresipostpartum #dukunganibumelahirkan #postpartumdepressionindonesia #perawatanmentalibuhamil #kesehatanibudanbayi #postpartumblues #tandadepresipostpartum
No comments